
Eropa Ajukan ProposalEropa Ajukan ProposalFAM68 – Eropa Ajukan Proposal: Para pejabat dilaporkan telah menyampaikan perdamaian untuk Ukraina kepada Amerika Serikat pada Sabtu (9/8/2025). Langkah ini terjadi menjelang rencana negosiasi antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin yang bertujuan mengakhiri perang.
Trump sebelumnya mengumumkan akan bertemu Putin di Alaska pada 15 Agustus mendatang. Ia menyatakan bahwa pihak-pihak terkait, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, hampir mencapai kesepakatan yang bisa mengakhiri konflik selama tiga setengah tahun ini. Meski rinciannya belum diungkap, Trump menyebut kesepakatan tersebut melibatkan “pertukaran wilayah untuk kepentingan kedua belah pihak.”
Namun, kesepakatan yang memaksa Ukraina menyerahkan sebagian besar wilayahnya berisiko dianggap sebagai bentuk kapitulasi oleh Kyiv dan sekutu Eropanya—sebuah langkah yang justru dapat memicu eskalasi agresi Rusia.
Berita Bola Sebelumnya :Arne Slot Tutup Mulut Soal Isak, Puji Kekuatan Lini Depan Liverpool Saat Ini
Eropa Ajukan Proposal: Reaksi dan Proposal Eropa
FAM68 – Wakil Presiden AS JD Vance bertemu dengan sekutu Ukraina dan Eropa di Inggris pada Sabtu untuk membahas inisiatif perdamaian Trump. Menurut The Wall Street Journal, pejabat Eropa mengajukan proposal balasan yang menekankan:
-
Gencatan senjata harus diberlakukan sebelum langkah-langkah lain diambil.
-
Pertukaran wilayah harus bersifat timbal balik, disertai jaminan keamanan yang jelas.
“Proses perdamaian tidak bisa dimulai dengan menyerahkan wilayah di tengah pertempuran,” tegas seorang negosiator Eropa. Namun, laporan ini belum dikonfirmasi secara resmi, seperti dikutip Reuters.
Posisi Ukraina dan Sekutu
FAM68 – Zelensky menyebut pertemuan dengan sekutu bersifat konstruktif. “Seluruh kepentingan kami telah didengar,” ujarnya dalam pidato malam hari. Ia menegaskan, “Jalan menuju perdamaian harus ditetapkan bersama Ukraina—ini prinsip utama.” Sebelumnya, Zelensky menolak segala bentuk konsesi teritorial, dengan tegas menyatakan, “Ukraina tidak akan menyerahkan tanahnya kepada penjajah.”
Dukungan serupa datang dari Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang menekankan peran kritis Ukraina dalam negosiasi. “Masa depan Ukraina tidak bisa diputuskan tanpa rakyatnya, yang telah berjuang untuk kebebasan selama lebih dari tiga tahun,” tulisnya di X usai berbicara dengan Zelenskyy, Kanselir Jerman Friedrich Merz, dan PM Inggris Keir Starmer.
Klaim Teritorial dan Dinamika Medan
FAM68 – Rusia sebelumnya menganeksasi empat wilayah Ukraina—Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson—serta Semenanjung Krimea pada 2014. Namun, pasukan Rusia belum sepenuhnya menguasai keempat wilayah tersebut. Moskow menuntut Ukraina menarik pasukannya dari daerah yang masih dikendalikan Kyiv.
Di sisi lain, Ukraina dilaporkan masih menduduki sebagian kecil wilayah Kursk di Rusia, yang diserang setahun lalu untuk memperkuat posisi tawar. Rusia mengklaim telah merebut kembali wilayah itu pada April lalu.
Skeptisisme terhadap Implementasi
FAM68 – Tatiana Stanovaya, peneliti senior di Carnegie Russia Eurasia Center, menilai proposal perdamaian ini sebagai langkah realistis namun rentan gagal. “Saya skeptis terhadap implementasinya, bahkan jika gencatan senjata tercapai sementara. Kesepakatan baru justru berpotensi menghancurkan Ukraina,” katanya.
Dengan kompleksitas kepentingan yang bertolak belakang, upaya perdamaian ini masih menyisakan tantangan besar sebelum mencapai resolusi yang adil dan berkelanjutan.
(Sumber: The Wall Street Journal, Reuters, CNA)
Catatan Perbaikan:
-
Struktur lebih jelas dengan subjudul untuk memandu pembaca.
-
Kalimat lebih ringkas dan formal, menghindari kata-kata seperti “hendak” atau “kalau” yang kurang baku.
-
Penekanan pada konteks geopolitik, seperti posisi Eropa yang pro-Ukraina dan risiko kesepakatan sepihak.
-
Verifikasi sumber dengan mencantumkan media terpercaya (Reuters, WSJ).
-
Analisis ahli ditambahkan untuk memperdalam perspektif.